Mohammad Cholid,
Kapuk (Ceiba pentandra L Gaertn) merupakan tanaman tropis dari ordo Malvales dan famili Malvaceae. Pohon kapuk berbuah pertama kali pada usia 4-5 tahun, dan memiliki usia ekonomis hingga 60 tahun. Indonesia merupakan salah satu produsen kapuk terbesar di dunia, mencapai 80,000 ton per tahun dari 1996-2000, diikuti Thailand pada angka 40,000-45,000 dalam kurun waktu yang sama. Trend ekspor kapuk terus menurun seiring dengan menurunnya produksi dan berkembangnya produk berbahan baku serat sintetis, hingga pada tahun 2013 ekspor serat kapuk menjadi 1.496 ton.
Penurunan produksi kapuk nasional antara lain disebabkan banyaknya kapuk tua yang tidak produktif, penebangan kapuk tanpa diimbangi peremajaan, konversi lahan kapuk untuk pelebaran jalan, industri dan perumahan, serta menurunnya nilai keekonomian kapuk akibat persaingan dengan bahan sintetis seperti karet busa. Produksi domestik dan ekspor serat kapuk diharapkan dapat ditingkatkan melalui inovasi teknologi budidaya, efisiensi usahatani, dan mempertahankan kualitas serat kapuk yang baik yaitu putih mengkilat yang lebih dikenal dengan ”Java kapok.”
Trend dunia untuk kembali ke serat alam dalam memproduksi bahan kebutuhan hidup yang ramah lingkungan, akan memposisikan kapuk sebagai komoditas strategis pada masa mendatang baik berupa produk utama maupun produk diversifikasinya. Diversifikasi produk kapuk dapat dilakukan dengan mengolah serat, kulit buah, biji kapuk, bungkil, kayu dan daun tanaman kapuk, serta pemanfaatan bunga untuk makanan lebah madu. Serat buah kapuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar matras, bantal, hiasan dinding, pakaian pelindung, dan penahan panas serta peredam suara. Kulit kering buah kapuk dapat digunakan sebagai bahan bakar, sedangkan bijinya digunakan sebagai pelumas dan minyak lampu.
Balitbangtan-Balittas telah melepas beberapa varietas unggul kapuk periode tahun 2006-2009 untuk mendukung pengembangan kapuk di Indonesia yaitu Muktiharjo 1 (MH 1), Muktiharjo 2 (MH 2), dan Togo B, Muktiharjo 3 (MH 3), Muktiharjo 4 (MH 4) dan LC31. Kondisi riil di lapangan pengembangan komoditas kapuk tradisional dengan model usahatani monokultur tidak mampu lagi bersaing dengan komoditas perkebunan lainnya. Untuk itu diperlukan inovasi teknologi yang memberikan nilai tambah dan efisiensi usahatani kapuk. Beberapa teknologi yang dapat diterapkan di pertanaman kapuk antara lain: pemanfaatan tanaman sela palawija, tanaman obat dan buah-buahan, serta integrasi dengan ternak lebah madu.
Jarak tanam yang diterapkan tergantung klon atau tipe kapuk yang ditanam. Kapuk tipe Indika jarak tanam yang digunakan 10 m –12 m dan untuk tipe Karibia 14 m –16 m. Dengan jarak tanam kapuk yang lebar memungkinkan ditanami tanaman sela di bawah tegakan kapuk. Pemilihan tanaman sela sangat tergantung pada wilayah pengembangannya. Di wilayah Kabupaten Pasuruan di bawah tegakan kapuk ditanam mangga, jeruk, dan srikaya. Di wilayah Jepara ditanami kacang tanah atau padi sebagai tanaman sela, sedangkan di Pati ditanam kacang tanah, jagung dan ubi kayu.
Beberapa hasil penelitian usahatani antara kapuk dengan ubi kayu + jagung di IP2TP Muktiharjo menunjukkan bahwa dari usaha tani kapuk + ubi kayu sebesar Rp. 2.782.775 dan pendapatan yang diperoleh dari kapuk + jagung + ubi kayu sebesar Rp. 2.949.325 (Sahid & Buadi, 1997). Hasil Pengujian Klon E 22 yang ditanam bersama dengan tanaman sela ubi kayu memberikan produksi kapuk sebanyak 1.143,8 kg gelondong/ha dengan produksi ubi kayu 13.896 kg/ha memberikan pendapatan sebesar Rp 2.999.010/ha (Sahid, Marjani & Basuki, 2005). Hasil observasi pada tahun 2019 di IP2TP Muktiharjo, usahatani kapuk dengan tanaman sela ubi kayu memberikan produksi kapuk 5 ton gelondong/ha dan produksi ubi kayu 25 ton/ha sehingga total penerimaan Rp.60.000.000/ha. Banyak manfaat yang diperoleh dari penanaman tanaman sela di antara tanaman kapuk, antara lain, meningkatkan produktivitas lahan, diversifikasi pendapatan, mengurangi resiko kerugian usahatani, efisiensi penggunaan lahan, terbukanya kesempatan kerja, dan tambahan pendapatan petani.
Selain budidaya tanaman sela di bawah tegakan kapuk, dapat diintroduksi juga peternakan lebah madu. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa selama musim berbunga kapuk banyak peternak lebah madu memanfaatkan hamparan pertanaman kapuk sebagai ladang pengembalaan lebah madu Hasil pengamatan serangga di kebun kapuk IP2TP Muktiharjo menunjukkan bahwa lebah madu, Apis mellifera dan A. cerena merupakan agensia penyerbukan yang dominan. Sedangkan agen penyerbuk lainnya berupa kelelawar/codot barong (Cynopterus sphinx). Jenis serangga penyerbuk yang berkunjung pada pohon kapuk pada pagi, siang dan sore hari didominasi oleh serangga penyerbuk lebah madu, sedangkan pada malam hari pohon kapuk dikunjungi agen penyerbuk kelelawar (Gambar 1.).
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Codot_barong; https://amateurmelittologist.wordpress.com/2018/07/17/melittology/
https://biogeodb.stri.si.edu/bioinformatics/dfm/metas/view/15027
Gambar 1. Ilustrasi A: tandan bunga kapuk, B dan C: morfologi daun, bunga dan buah kapuk, D: serangga penyerbuk lebah madu, dan E: agen penyerbuk kelelawar.
Kapuk berbunga sekali dalam setahun, periode pembungaan pada bulan Mei-Juli, dengan karakter bunga kapuk yang bersifat musiman maka pengelolaan berbagai sumber pakan bagi lebah madu sangat penting. Apabila dalam satu tahun kapuk tipe indika dan karibea ditanam di satu kawasan akan mampu menyediakan pakan lebah madu selama lima bulan. Pakan lebah madu secara alami akan tersedia sepanjang tahun apabila di sela-sela tanaman kapuk ditanami tanaman semusim dan tahunan seperti: jagung, kacang tanah, bunga matahari, krotalaria dan jarak pagar. Dengan tersedianya dan tercukupinya sumber pakan sepanjang tahun akan meningkatkan efisiensi pengusahaan lebah madu.
Pohon kapuk yang berumur >20 tahun menghasilkan bunga sebanyak 40.000−50.000 bunga per pohon dan hanya 30% yang menghasilkan nektar yang sangat dibutuhkan oleh lebah madu. Potensi bunga kapuk pada umur tersebut dalam satu hektar (125 pohon) apabila dikelola secara intensif menghasilkan madu sebanyak 1.500 liter.
Sumber: A-B: Dokumen Cholid; C: http://bisnissurabaya.com/2017/08/29/menggiurkan-prospek-beternak-lebah-madu/
Gambar 2. A: Ubikayu di bawah tegakan kapuk, B: visitasi lebah madu Apis mellifera pada bungamatahari dan jarak pagar, dan C: kebun kapuk sebagai ladang pengembalaan lebah madu.
Interaksi antara agensia penyerbuk berupa lebah madu dengan tanaman kapuk bersifat mutualistik sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan mutu hasil kapuk. Pengkayaan vegetasi flora terutama yang dapat berbunga sepanjang tahun, dan menjamin tersediaan pakan bagi lebah madu sepanjang tahun akan memberikan peluang bagi usaha peternakan lebah madu, yang pada akhirnya akan memberikan nilai tambah usahatani kapuk.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Teger. 2012. Bunga kapuk (C. Pentandra L. Gaertn) Sebagai Sumber Pakan Lebah Madu Yang Potensial. Prosiding Seminar Nasional Serat Alam: Inovasi Teknologi Serat Alam Mendukung Agroindustri Berkelanjutan, Indrayani, IGAA, B Heliyanto, Sudjindro, E. Sulistyowati, RD Purwati, T Yulianti, PD Riajaya, T Basuki dan J Hartono. Balittas. 344-349.Cholid, M. dan D. Winarno. 2008. Pemberdayaan serangga penyerbuk dan tanaman pemikat untuk meningkatkan produktivitas jarak pagar (Jatropha curcas L.). Prosiding Lokakarya Nasional III. Inovasi Teknologi Jarak Pagar untuk Mendukung Program Desa Mandiri Energi. 79-89.
Santos, M.J., I.C. Machado, A.V. Lopez. 2006. Reproductive biology of two species of Jatroha L. (Euphorbiaceae) in “caatinga”, Northeastern Brazil. SBSP. 15p.
Sabran, M, A. Noor, dan Suryana. 2006. Peluang Penerapan Inovasi Teknologi dalam Pemanfaatan Lahan di Perkebunan Karet. Warta Perkaretan. 25 (1): 36-49.
Sahid, M. dan Buadi. 1997. Upaya-upaya peningkatan pendapatan usahatani kapuk. Laporan bulan Desember 1997. Balittas. 8p.
Sahid, Moch, Marjani, dan T. Basuki. 2005. Penampilan Beberapa Klon Kapuk Sebagaai Tanaman Lorong Dengan Tanaman Sela Ubi Kayu. Jurnal Littri 11(3):123-127.
Sahid, Moch. 2005. Diversifikasi Produk Kapuk Untuk Meningkatkan Pendapaatan Masyarakat Dan Daerah. Hal 1-8. Dalam M. Sahid et al. (ed) Prosiding Lokakarya Diversifikasi Produk Kapuk untuk meningkatkan pendapatan Masyarakat dan Daerah. Puslitbangbun, Bogor.
Sahid Moch, dan Marjani. 2005. Dukungan Teknologi Dalam Pengembangan Kapuk. dalam M. Sahid et al. (ed) Prosiding Lokakarya Diversifikasi Produk Kapuk untuk meningkatkan pendapatan Masyarakat dan Daerah. Puslitbangbun, Bogor.