Elda Nurnasari,
Saat ini tren masyarakat modern banyak yang membutuhkan barang-barang yang ramah lingkungan dan berasal dari bahan alam. Hal ini karena banyaknya pencemaran lingkungan dan bahaya penggunaan plastik terhadap kesehatan manusia. Salah satu bahan alam yang semakin banyak digunakan adalah serat alam, penggunaan serat alam saat ini tidak hanya sebagai bahan tekstil namun sudah masuk ke industri berbasis serat alam, misalnya industri otomotif, komposit, dan material maju.
Salah satu jenis serat alam adalah serat sisal yang berasal dari tanaman Agave atau sisal. Tanaman agave yang dimanfaatkan seratnya adalah dari spesies Agave sisalana dan Agave cantala. Serat sisal diperoleh dari proses penyeratan menggunakan alat dekortikator. Sisa penyeratan sisal menghasilkan limbah berupa padatan dan cairan (95%), limbah ini biasanya dibuang dan tidak dimanfaatkan. Biomassa sisa penyeratan sisal masih mengandung jaringan tanaman (lignin dan selulosa), senyawa metabolit primer dan sekunder, air dan lain-lain.
Gambar 1. Sampel padatan limbah agave
Gambar 2. Sampel cairan limbah agave
Senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam limbah penyeratan sisal antara lain steroidal sapogenins, hecogenin, tigogenin, neotigogenin, neotigogenone,Δ9(11)-dehydrohecogenin, sisalagenin, rockogenin, 5-α-pregnan-3β, 20β-diol, 12-epirockogenin dan chlorogenin. Kandungan senyawa-senyawa kimia dalam sisa penyeratan sisal memiliki manfaat dalam bidang farmakologi, diantaranya bersifat antikanker, antiinflamasi, antioksidan dan antiparasit. Aktivitas farmakologi yang dimiliki oleh biomassa sisa penyeratan sisal dapat dimanfaatkan untuk membuat produk biofarmaka. Hal ini tentu saja akan menambah nilai tambah bagi tanaman sisal, karena tidak hanya dimanfaatkan seratnya saja namun dari limbah sisa penyeratan dapat diperoleh manfaat yang sangat besar.
Hasil uji antibakteri menggunakan metode difusi dari 7 klon (BALITTAS 7, BALITTAS 9, BALITTAS 10, BALITTAS 12, BALITTAS 13, BALITTAS 18, BALITTAS 23) sampel cair limbah agave dapat menghambat pertumbuhan bakteri E.coli dan S.aureus yang ditandai dengan adanya zona bening disekitar lubang sampel, sedangkan kontrol (aquades) tidak memperlihatkan adanya zona bening disekitar lubang sampel. Hal ini menunjukkan bahwa sampel cair limbah agave mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli. Adanya kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri ini juga disebut sebagai antibakteri. Antibakteri merupakan senyawa kimia khusus yang dihasilkan oleh organisme hidup dalam konsentrasi rendah serta dapat menghambat proses penting didalam suatu mikroorganisme. Diamater zona hambat terlihat dari zona bening di sekitar lubang. Jika semakin luas zona bening maka semakin besar suatu bahan dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Zona hambat terbesar adalah pada sampel cair limbah agave klon BALITTAS 13 sebesar 3,28 cm untuk bakteri S.aureus, sedangkan untuk bakteri E.coli zona hambat terbesar pada sampel cair limbah agave BALITTAS 18 yakni sebesar 3,79 cm.
Gambar 3. Hasil uji aktivitas antibakteri (zona hambat) terhadap bakteri S.aureus
Gambar 4. Hasil uji aktivitas antibakteri (zona hambat) terhadap bakteri E.coli
Berdasarkan hasil pengujian aktivitas antibakteri terhadap cairan sisa penyeratan agave maka dapat disimpulkan bahwa cairan tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi bahan pembuatan produk-produk biofarmaka.