Dewi Utari & Agung Pangestu Aji,
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI pada bulan Juli 2009 Indonesia masih mengimpor 99,5% kebutuhan kapas dari negera lain seperti Australia, Amerika dan China. Kebutuhan serat kapas dalam negeri rata-rata 500 ribu ton/tahun, sementara produksi kapas dalam negeri baru 0,5 persen dari kebutuhan. Program Intensifikasi Kapas Rakyat (IKR) merupakan program yang dicanangkan pemerintah untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani. Program tersebut dimulai sejak talum 1978/1979 bertujuan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani, membuka dan memperluas lapangan kerja, serta mengurangi ketergantungan dari serat kapas impor. Pada tahun pertama, IKR dikembangkan di empat provinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan, dan pada tahun ketiga (1980/1981) dikembangkan juga di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tenggara.
Balai Penelitian Pemanis dan Tanaman Serat (Balittas) hingga saat ini telah melepas (berapa jumlah varietas kapas yang telah dilepas) varietas unggul kapas, paket teknologi budidaya seperti rekomendasi pemupukan, penentuan waktu tanam, pengendalian hama terpadu (PHT) serta penelitian sosial ekonomi, kelembagaan, dan pascapanen. Salah satu teknologi budidaya yang sedang dilaksanakan saat ini adalah penyambungan kapas tahunan (KI.463, KI.952, KI.953) dengan varietas Kanesia 10 dan 19. Tujuan kegiatan adalah untuk mengetahui keragaman tinggi tanaman, jumlah cabang vegetatif, cabang generatif, diameter batang, serta potensi produksi pada berbagai kombinasi sambungan.
Kanesia 10 dan Kanesia 19 adalah varietas unggul kapas dengan produktivitas tinggi (4.395,70 kg kapas berbiji/ha). Kedua varietas ini tergolong ke dalam golongan kapas genjah dengan umur panen <130 hari (Sahid dan Wahyuni 2014), namun memiliki panjang akar dan morfologi yang tergolong pendek sehingga mudah mengalami kekeringan dan kematian. Varietas Kanesia 10 dan Kanesia 19 dipilih sebagai batang atas, sedangkan aksesi KI.463, KI.952, KI.953 dipilih sebagai batang bawah dalam melakukan penyambungan karena memiliki karakter akar dan batang yang lebih panjang dan termasuk ke dalam jenis kapas tahunan. Penyambungan batang ini diharapkan dapat menghasilkan teknologi ketahanan terhadap kekeringan yang lebih tinggi. Kanesia 10 dan Kanesia 19 sebagai batang atas ditanam 14 hari setelah aksesi Kl 463, Kl 962, Kl 463 (batang bawah) ditanam. Penyambungan pucuk dilakukan pada saat batang bawah berumur 30 hari dan batang atas umur 14 hari. Untuk meminimalkan risiko kegagalan penyambungan kapas dilakukan di rumah kasa. Setelah 14 hari persambungan dipindahkan ke lapang.
Tabel 1 Karakter Kuantitatif Tanaman Kapas
Keterangan: Angka-angka yang memiliki huruf sama dalam satu kolom berarti tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan 5%.
Batang bawah aksesi KI.463 dan KI.952 memiliki respon yang baik terhadap kedua varietas batang atas. Produktivitas panen pertama terbanyak terjadi pada kapas sambungan KI.463 dan Kanesia 19 sebesar 1.561,90 kg kapas berbiji/ha (186% dari kontrol). Bobot buah pada kapas yang tidak disambung memang lebih berat apabila dibandingkan dengan kapas yang sambung, namun kapas tanpa disambung memiliki jumlah buah yang lebih sedikit dan membuat produktivitasnya lebih rendah. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prawoto (2008), bahwa pada metode perbanyakan dengan sambung terjadi interaksi antara batang bawah dan batang atas dan interaksi tersebut berpengaruh juga terhadap sifat batang atasnya. Selain itu, jumlah cabang vegetatif dan generatif berhubungan erat dengan jumlah square (kuncup bunga) yang terbentuk, karena cabang tanaman sebagai tempat kedudukan square (Riajaya&Kadarwati 2018). Namun, potensi setiap tanaman dalam menghasilkan square serta tingkat terbentuknya buah berbeda pada setiap individu. Produksi kapas berbiji per tanaman ditentukan oleh jumlah buah per tanaman dan bobot 100 buah (Riajaya&Kadarwati 2003; 2005; Riajaya et al. 2009; Sumartini et al. 2010).
Setelah panen, pada tanaman dilakukan pemangkasan dengan tujuan memperbanyak cabang-cabang generatif. Jumlah cabang yang terbentuk mempengaruhi jumlah buah yang terbentuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah buah yang terbentuk setelah pangkas meningkat hingga delapan kali lipat dibanding sebelum pangkas. Panjang akar dan jumlah cabang yang terbentuk diharapkan dapat meningkatkan jumlah buah. Kedua kontrol memiliki jumlah buah lebih sedikit dan penurunan bobot 100 buah dibanding dengan sambungan, namun kapas tanpa sambungan memiliki jumlah buah yang lebih sedikit dan membuat produktivitasnya lebih rendah. Selain mengalami kenaikan bobot buah, masa tanaman berproduksi pada kapas sambungan pun meningkat menjadi lima bulan sedangkan kontrol hanya dua bulan. Penampilan kapas sambungan pada panen setelah pemangkasan tetap baik, sedangkan pada kontrol terdapat penurunan bobot buah. Perlakuan sambungan dan pemangkasan dapat meningkatkan produktivitas hingga delapan kali lipat.
Tabel 2 Data Panen Kapas
Keterangan: Angka-angka yang memiliki huruf sama dalam satu kolom berarti tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan 5%; *tan= tanaman