Agung Pangestu Aji,
Pendahuluan
Kurangnya pengetahuan serta kepedulian petani terhadap lingkungan menjadi salah satu faktor pemicu kerusakan alam, hal ini diperburuk dengan begitu mudahnya petani membeli atau memperoleh obat pertanian kimia sehingga petani dapat menggunakan pestisida kimia secara terus-menerus. Selain rusaknya alam akibat penggunaan pestisida kimia, residu yang tertinggal dalam produk pertanian dapat berbahaya bagi kesehatan dalam jangka panjang. Salah satu solusinya adalah penggantian atau pengendalian terpadu menggunakan pestisida nabati. Pestisida nabati dapat mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman namun bersifat ramah terhadap lingkungan dan relatif lebih aman dari segi kesehatan (Ruskin et al., 1992). Alasan keamanan pestisida nabati dijelaskan oleh Suprapta (2003), bahan dasar pestisida nabati aman bagi manusia dan ternak karna bersifat mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman karena residunya mudah hilang.
Mimba (Azadirachta indica A. Juss.) merupakan salah satu alternatif pengendalian hama dengan berbagai bahan aktif yang terkandung, mimba merupakan pestisida nabati yang memiliki kemampuan anti-bakterial dan insektisidal sehingga dapat digunakan sebagai pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Habitat, Penyebaran, Morfologi dan Klasifikasi
Mimba merupakan tanaman perdu/terna yang pertama kali ditemukan didaerah Hindustani, di Madhya Pradesh, India dan telah tersebar di Indonesia diperkirakan sejak tahun 1500 dengan daerah penanaman pertama di Pulau Jawa (Turang, 2016). Mimba dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah dengan ketinggian sekitar 800 m dpl terutama daerah kering dengan suhu udara antara 22℃ - 28℃, curah hujan 300 mm/tahun, kelembaban udara antara 30% - 60%, dan merupakan tempat terbuka yang cukup mendapat cahaya matahari (Salapu, 2010). Namun, mimba masih toleran terhadap suhu yang lebih tinggi hingga mencapai 32℃ dan curah hujan 400 – 1.200 mm/tahun (Yuniarsih, 2002).
Di pulau Jawa, mimba banyak ditemukan di tempat kering seperti tepi jalan atau hutan terang (Balitkabi, 2009). Sekarang mimba paling banyak ditanam di Bali dan disana dikenal dengan nama intaran. Selain Bali, mimba juga banyak ditanam di Lombok dan Indonesia bagian timur yang memiliki curah hujan rendah. Hal ini terjadi karena mimba sangat toleran terhadap kekeringan, seperti didaerah padang pasir di Arab Saudi, terdapat sekitar 50.000 pohon mimba yang digunakan sebagai tanaman peneduh (Yuniarsih, 2002).
Berdasarkan ilmu taksonomi klasifikasi tanaman mimba dapat digolongkan sebagai berikut (Cronquist, 1981):
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliophyta
Sub-Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Meliaceae
Genus : Azadirachta
Spesies : Azadirachta indica A. Juss.
Mimba dapat tumbuh hingga 15 meter dengan batang berkayu, tegak, bulat, permukaan kasar, dan berwarna cokelat. Daun mimba merupakan daun majemuk yang saling tersusun kerhadapan di tangkai daun (petiol) (Dhamayanti, 2015). Helaian berbentuk lonjong dengan tepian bergerigi, ujung daun meruncing dan berasa sangat pahit (Ditjenbun, 2021). Tulang daun menyirip, tulang cabang utama umumnya hampir sejajar satu dengan yang lainnya (Sukrasno dkk, 2003). Gambar daun mimba tersaji pada Gambar 1a.
Bunga mimba (Gambar 1b) memiliki susunan malai, terletak di ketiak daun paling ujung. Buah berbentuk bulat dan berwarna hijau kekuningan dengan panjang 1,5-2 cm (Rahmani, 2015). Biji mimba terdiri dari kulit biji dan daging biji (kernel) dengan kandungan minyak pada biji berkisar antara 35-45 %. Pohon mimba dapat menghasilkan hingga 50 kg buah perpohon pada masa produktif (Afifah et al, 2005). Bijinya mengeluarkan bau yang menyengat dan khas. Buah dan Biji mimba tersaji pada Gambar 1c dan 1d. Akar tunggang dan berwarna cokelat (Adi, 2008).
Gambar 1 a) Daun mimba b) Bunga mimba c) Buah mimba d) Biji mimba
Kandungan Kimia dan Fungsi
Kandungan senyawa aktif dalam buah mimba antara lain disetil, vilasinin, nimbandiol, 3-desaseti salanin, salanol, azadirachtin, azadiron, azadiradion, epoksiazadiradion, gedunin 17-epiazadiradion, 17-hidroksi azadiradion, azaridin, quercetin, kaemferol, mirisetin, nimbin, nimbinin, nimbidin, nimbosterol, nimbosterin, sugiol, nimbiol, margosin, saponin, dan flavanoid (Utami dan Puspaningtyas, 2013).
Daun mimba mengandung senyawa-senyaawa diantaranya adalah β-sitosterol, hyperoside, nimbolide, quercetin, quercitrin, rutin, azadirachtin, dan nimbine. Beberapa diantaranya diungkapkan memiliki aktivitas antikanker. Daun mimba mengandung nimbin, nimbine, 6-desacetylbimbine, nimbolide dan quercetin.
Berdasarkan kandungan bahan aktifnya, biji dan daun mimba mengandung azadirachtin meliantriol (Agastya, 2022), dalanin dan nimbin yang merupakan hasil metabolit sekunder dari tanaman mimba. Azadirachtin terdiri dari sekitar 17 komponen yang berkerja dengan cara mengganggu hormon eklosi dan juvenile. Senyawa aktif tersebut tidak membunuh OPT secara cepat, tapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, penggantian kulit, penghambat perkawinan, penurunan daya tetes telur, dan penghambat pembentukan kitin, serta pemandul. Dampak tersebut yang dapat menganggu daur hidup OPT. Koppenhöfer dan Kaya (2000) juga menyatakan bahwa azadirakhtin dapat dicampur dan mampu bersinergi dengan biopestisida lainnya, seperti minyak cengkeh, dan minyak serai wangi.
Cara kerja mimba sangat spesifik, yaitu mempengaruhi produksi dam prilakum berupa penolak (repellent), penarik (attractant), dan anti makan (antifeedant) (Balitkabi, 2009). Ekstrak dari mimba dilaporkan mampu mengendalikan sekitar 127 jenis hama dan mampu berperan sebagai fungisida, bakterisida, antivirus, nematisida, dan moluskisida (Kardinan, 2002). OPT yang menjadi sasaran dari mimba adalah jenis hama menggigit mengunyah dan hama menusuk menghisap, nematoda serta jamur. Berikut spesies yang dapat dikendalikan: Helopeltis sp, Aphis gossypii, Agrotis ipsilon, Callosobruchus chinensis, Alternaria tenuis, Carpophilus hemipterus, kecoa, Crysptolestes pusillus, Corcyra cephalonica, Crocidolomia binotalis, Dysdercus cingulatus, Earias insulana, Epilachna varivestis, Fusarium oxyosporium, Helycotylenchus sp., Locusta migratoria, Meloidogyne sp., Musca domestica, Nephotenttix virescens, Nilapavarta lugens, Ophiomya reticulipennisI, Panonychus citri, Planococcus citri, Pratylenchus sp., Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, Sitophilus sp., Sogatella furcifera, Spodoptera litura, Tribolium sp., Tungro pada padi, Tylenchus filiformis (Ditjenbun, 1994).
Ekstraksi dan Merek Dagang
Terdapat beberapa cara untuk ekstraksi bahan aktif yang diperlukan. Praktik penggunaan dan aplikasi mimba dalam pertanian secara tradisional meliputi pembuatan teh mimba dengan cara menghancurkan biji mimba kering, kemudian direndam dalam air selama satu malam untuk membuat pestisida cair yang dapat langsung diaplikasikan langsung pada tanaman.
Berbagai negara telah memanfaatkan mimba sebagai insektisida secara bebas, diantaranya adalah India, Amerika, Vietnam, dsb. Di Indonesia telah banyak pihak yang memproduksi insektisida alami dari mimba, diantaranya oleh Institut Teknologi Bandung (ITB), Balai Penelitian tanaman Pemanis dan Serat (Balittas-Malang), Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro-Bogor), dan pihak swasta (Salapu, 2010).
Merek dagang yang beredar antara lain Agrineem (PT. Agritek Tani Indonesia) dengan komposisi azadirachtin 0,03 g/l, serta OrgaNeem (Balittas-Malang) dengan komposisi azadirachtin 0,8 – 1,4 % (Balittas, 2022). Bahan aktif yang terdapat pada mimba di ekstraksi oleh Balittas menggunakan biji yang dikeringkan lalu dihancurkan dan di pres agar keluar minyaknya, selanjutnya dicampur dengan ethanol sebagai bahan tambahan untuk pengendalian kutu-kutuan.
Daftar Pustaka
Adi., Lukas Tresno. 2008. Tanaman Obat & Jus. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Afifah, Efi Et Al. Tanaman Obat Untuk Mengatasi Hepatitis. 2005. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Agastya I. 2022. Pestisida Nabati. Bahan Tayang Agroteknologi Universitas tribhuwana Tuggadewi.
Balitkabi. 2009. Mimba Pestisida Nabati Ramah Lingkungan. Https://Balitkabi.Litbang.Deptan.Go.Id/Id/Inovasi-Teknologi/Mimba-Pestisida-Nabati-Ramah-Lingkungan-2.
Balittas. 2022. Pestisida OrgaNeem Menuju Pertanian Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan Gunakan Selalu OrgaNeem. Infografis. http://balittas.litbang.pertanian.go.id/index.php/id/tentang-kami/170-berita/infografis/1549-organeem. Diakses pada 02 Mei 2022.
Dhamayanti R. 2015. Pengaruh Bahan Pengikat PVP dan Amylum Manihot terhadap Karakteristik Sediaan Tablet yang Mengandung Ekstrak Etanol dan Ekstrak Air Daun Mimba (Azadirachta indica A.H.J.Juss). Skripsi. Universitas Islam Bandung.
Ditjenbun, 1994. Pedoman Pengenalan Pestisida Botani. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan. Ditjenbun. Departemen Pertanian. Jakarta.
Kardinan, A. 2002. Pestisida Nabati Ramuan Dan Aplikasi. Jakarta. Penebar Swadaya.
Koppenhöfer, A.M., And H.K. Kaya. 2000. Interactions of A Nucleopolyhedrovirus with Azadirachtin and Imidacloprid. Journal Of Invertebrate Pathology . 75:84-86.
Rahmani R. A. 2015. Uji Aktivitas Antialergi Krim Minyak Biji Mimba (Azadirachta indica A. Juss) pada Kelinci Albino Hibrid New Zealand dengan Metode Uji Anafilaksis Kutan Aktif. Skripsi. Universitas Islam Bandung.
Ruskin, F.R., Mouzon, E., Simpson, B. & Hurley, J. 1992. Neem. A Tree For Solving Global Problem. National Academy Press, Washington D.C., 139
Salapu D. 2010. Potensi Ekstrak Daun Mimba Azadirachta indica A .Juss sebagai Insektisida Alami terhadap Nyamuk Culex Sp. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar.
Sukrasno. 2003. Mimba Tanaman Obat Multifungsi. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Suprapta, D. N. 2003. Pemanfaatan Tumbuhan Lokal sebagai Pestisida Nabati guna Meningkatkan Kemandirian Petani. Orasi Ilmiah, 33
Turang A. 2016. Mengenal Tanaman Mimba. Info Teknologi. Https://Sulut.Litbang.Pertanian.Go.Id/Index.Php/Info-Teknologi/Bun/681-Mengenal-Tanaman-Mimba. Diakses pada 01 Mei 2022.
Utami, Prapti Dan Puspaningtyas, Desty Evira. 2013. The Miracle Of Herbs. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Yuniarsih. 2002. Nimba Tanaman Penghasil Pestisida Alami. Kanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta.