Rully Dyah Purwati, Untung Setyo-Budi, Marjani,
Abaka (Musa textilis NEE) merupakan tanaman sejenis pisang dari famili Musaceae, menghasilkan serat dari pelepah daun yang membentuk batang semu. Serat tersebut memiliki nilai ekonomis tinggi yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan tali-temali, termasuk tali kapal laut karena sifatnya yang ringan sehingga dapat mengapung di air dan kuat karena tahan air laut yang mengandung garam. Pulp abaka sangat baik digunakan untuk bahan baku kertas kualittas tinggi seperti kertas uang, kertas saring, kertas dasar stensil, kertas sigaret, kantong teh celup, prangko, materai, kertas pembungkus, kertas dinding, kertas dokumen dan jenis kertas sekuriti lainnya. Selain itu serat abaka juga digunakan sebagai bahan baku tekstil, kain jok, pembungkus kabel, popok (pampers) bayi, bahkan sebagai bahan particle board untuk otomotif dan peredam suara pada pesawat terbang.
Rully Dyah Purwati, Untung Setyo-Budi, Marjani,
Abaka (Musa textilis NEE) merupakan tanaman sejenis pisang dari famili Musaceae, menghasilkan serat dari pelepah daun yang membentuk batang semu. Serat tersebut memiliki nilai ekonomis tinggi yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan tali-temali, termasuk tali kapal laut karena sifatnya yang ringan sehingga dapat mengapung di air dan kuat karena tahan air laut yang mengandung garam. Pulp abaka sangat baik digunakan untuk bahan baku kertas kualittas tinggi seperti kertas uang, kertas saring, kertas dasar stensil, kertas sigaret, kantong teh celup, prangko, materai, kertas pembungkus, kertas dinding, kertas dokumen dan jenis kertas sekuriti lainnya. Selain itu serat abaka juga digunakan sebagai bahan baku tekstil, kain jok, pembungkus kabel, popok (pampers) bayi, bahkan sebagai bahan particle board untuk otomotif dan peredam suara pada pesawat terbang.
Abaka dikembangkan di Indonesia sudah sejak berabad-abad yang lalu dan pernah berjaya. Kepulauan Talaud di Provinsi Sulawesi Utara, merupakan daerah yang telah lama membudidayakan dan memanfaatkan tanaman abaka di Indonesia. Nama lokal abaka di kepulauan Talaud adalah rote. Potensi abaka di Kepulauan Talaud sangat besar, dan banyak sekali genotipenya. Hal ini disebabkan karena Kepulauan Talaud berdekatan dengan negara Filipina yang merupakan center of origin abaka. Total luas pertanaman abaka pada tahun 2018 sekitar 321 ha yang tersebar dibeberapa pulau di wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud. Pengembangan abaka di Kabupaten Kepulauan Talaud perlu didukung dengan teknologi budidaya yang memadai, termasuk varietas unggul. Dalam rangka memperoleh legalitas abaka lokal sebagai varietas unggul, maka telah dilakukan observasi terhadap sumberdaya genetik abaka di Kabupaten Kepulauan Talaud. Dari sekitar 25 klon abaka yang diperoleh dari observasi, telah ditentukan empat klon unggul abaka (Rote EMT, Rote EHJ, Rote EM dan Rote BHJ) untuk diamati lebih lanjut, keempat klon tersebut sangat potensial dan banyak ditanam petani.
Observasi dilakukan di lahan petani di Kabupaten Kepulauan Talaud khususnya di Pulau Karakelang. Observasi dilakukan selama tiga tahun (2017 – 2019) dengan metode pengambilan contoh pada populasi pertanaman abaka di tiga wilayah agroklimat yang berbeda di mana klon-klon tersebut telah lama dikembangkan petani. Pengambilan contoh masing-masing klon terdiri atas 10 rumpun tanaman abaka yang sama di setiap wilayah. Pengamatan dilakukan saat panen, sebanyak dua kali per tahun selama dua tahun (empat kali panen). Selain itu, klon-klon unggul tersebut diambil benihnya (anakan) untuk ditanam sebagai koleksi plasma nutfah dan untuk perbanyakan benih. Pengamatan terdiri atas: panjang batang saat panen, lingkar batang, bobot segar batang, bobot serat kering, produksi dan mutu serat. Data dianalisis dengan Anova dilanjutkan dengan Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk masing-masing lokasi.
Dari observasi tersebut dihasilkan empat klon abaka dari Kepulauan Talaud yang memiliki potensi produksi antara 4-6,2 ton/ha/th. Produksi ini jauh melebihi produksi rata-rata nasional yang mencapai 700 kg/ha/th, bahkan lebih tinggi dari rata-rata produksi di Filipina yakni sebesar 1,7 ton/ha/th. Produktivitas yang tinggi tersebut didukung oleh karakter pertumbuhan tanaman yakni panjang batang, lingkar batang, dan jumlah tanaman per rumpun, serta rendemen serat yang sangat tinggi (Tabel 1). Nama klon-klon dan potensi produktivitas serat keringnya adalah: Rote EH (6.235,56 kg/ha/th), Rote EMT (5.904,7 kg/ha/th), Rote EM (5.661,87 kg/ha/th) dan Rote BHJ (4.366,78 kg/ha/th). Penampilan fisik empat klon unggul abaka di Kabupaten Kepulauan Talaud dapat dilihat pada Gambar 1.
Tabel 1. Hasil observasi karakter morfologi empat klon unggul abaka di Kabupaten Kepulauan talaud
Klon |
Produksi Serat kering (kg/ha/th) |
Bobot batang segar (kg/ha/th) |
Rendemen serat (%) |
Panjang batang (cm) |
Lingkar batang (cm) |
Jumlah anakan (tanaman/ rumpun) |
Rote EH |
6.235,56 |
154.363,33 |
3,78 |
382,69 |
72,61 |
8,27 |
Rote EMT |
5.904,70 |
143.366,67 |
4,17 |
357,26 |
60,06 |
16,55 |
Rote EM |
5.661,87 |
148.890,00 |
3,79 |
352,61 |
64,71 |
14,40 |
Rote BHJ |
4.366,78 |
111.220,00 |
3,94 |
301,28 |
45,20 |
15,15 |
Gambar 1. Penampilan empat klon unggul abaka Talaud: a. Rote EMT, b. Rote EH, c. Rote EM, dan d. Rote BHJ